
Seri Cerita Jejak Penjaga Bentang Laut
Cerita lapangan dari para pendamping kampung dan pelindung penyu di Kepala Burung Papua
Dari Manokwari ke Warmamedi: Cerita Vio Menjaga Penyu
Penulis
Yusuf Adrian Jentewo
Tanggal
22 September 2025
Dalam seri “Seri Cerita Jejak Penjaga Bentang Laut”, kami mengajak pembaca menyelami kisah nyata orang-orang yang hidup berdampingan dengan penyu dan laut. Melalui suara mereka, kita belajar mencintai dan menjaga laut bersama.
Angelica Violin Karubaba, atau sering dipanggil Vio oleh teman-temannya, merupakan anak Manokwari yang berkesempatan menjadi tenaga magang di periode pertama bulan Mei-Juli 2025. Ini sedikit cerita terkait magang Vio di salah satu peneluran penyu Tambrauw, yaitu Pantai Warmamedi. Pada awalnya, ia mendapat informasi terkait magang ini dari grup PAM (Persekutuan Anggota Muda) gereja dan merasa tertarik karena ia belum pernah melihat penyu secara langsung. Walaupun ini bukan pekerjaan pertamanya, magang ini adalah pekerjaan di bidang konservasi laut pertama bagi Vio.
Tenaga magang merupakan salah satu posisi di tim Monitoring Penyu dan Perlindungan Sarang, Program Sains untuk Konservasi, LPPM Universitas Papua (UNIPA) di pantai peneluran Jeen Womom. Posisi ini berfokus menunjang usaha perlindungan sarang penyu. Vio membantu melindungi sarang-sarang penyu di Pantai Warmamedi dengan dua metode, yaitu pagar untuk sarang penyu belimbing dan percobaan perlindungan fiber glass untuk penyu sisik. Di Pantai Warmamedi, Vio bertugas bersama Spenyel (koordinator pantai), Denis (tenaga lapangan), Antho (tenaga lapangan), dan Kofifa (tenaga lapangan).
Vio menulis papan nomor sektor di Pos Warmamedi
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Violin Karubaba)
Selain fokus pada perlindungan sarang, Vio juga terlibat dalam pekerjaan lain seperti patroli malam. Aktivitas ini bertujuan mendata individu penyu yang naik ketika malam. Saat patroli, tim berjalan di sepanjang pantai pada malam hari. Aktivitas ini menarik bagi Vio karena ia dapat merasakan uniknya berjalan, duduk, dan memantau penyu bersama tim. Vio juga beberapa kali berkesempatan membantu menandai penyu dengan PIT (Passive Integrated Transponder) tag. Awalnya, hal ini menantang baginya. Namun, setelah diajari beberapa kali oleh teman timnya, ia pun dapat melakukannya.
Seperti motivasinya di awal, di pantai Vio berhasil berjumpa langsung dengan penyu, bukan hanya satu jenis melainkan empat jenis. Pada malam pertama patroli, ia menemukan penyu lekang yang sedang bertelur. Di malam ketiga, ia berjumpa dengan penyu belimbing dan penyu hijau. Penyu hijau yang ia lihat sangat sensitif ketika didekati. Di antara keempat jenis penyu, yang paling jarang terlihat adalah penyu sisik. Vio beruntung melihatnya langsung saat berenang di pinggir kapal. Menurutnya, penyu merupakan hewan yang sangat cantik dan perlu dilestarikan.
Vio mengukur lebar karapas penyu belimbing menggunakan meteran saku
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Violin Karubaba)
Vio memindai PIT tag pada penyu belimbing
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Violin Karubaba)
Baca juga : Belajar Sambil Bertualang: Pelajaran Berharga di Pantai Peneluran – Bagian 1
Seperti layaknya pekerjaan di lapangan, tidak semua menyenangkan. Vio pernah mengalami sakit di lapangan pada bulan Mei. Dia mengalami demam dan sakit lambung karena adaptasi dengan pekerjaan. Vio sampai harus dilarikan ke puskesmas di Kwor (pusat distrik) dan selanjutnya ke Manokwari. Namun, di situlah dia melihat kekompakan teman-teman yang saling membantu dan memperhatikannya. Akhirnya, ia dapat kembali bergabung dengan tim pada awal Juni.
Tim Monev bersama dengan Tim PMNH di Kampung Womom
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Tonny Duwiri)
Selain bekerja, Vio juga senang menikmati suasana alam di pantai peneluran. Keindahan sunset dan sunrise adalah waktu favoritnya, di mana langit berwarna jingga dan pepohonan bertemu pantai serta laut, menciptakan landscape yang menakjubkan.
Selama tiga bulan bekerja di lapangan, Vio semakin mengenal satwa penyu secara langsung dan menumbuhkan rasa sayang terhadap hewan ini. Dia sangat menyayangkan masih ada orang yang berburu penyu di lokasi lain. Dia pun mengapresiasi pekerjaan tim lapangan di pantai peneluran yang ia sebut “di luar prediksi” karena sangat berdedikasi dalam menjaga penyu dan melindungi sarang-sarang di sana.
Akhir kata, Vio dalam wawancaranya mengucapkan terima kasih atas kesempatan bekerja sebagai tenaga magang ini, dan apabila terdapat hal yang tidak berkenan selama dia bekerja, ia mohon maaf sebesar-besarnya.
Bagikan Tulisan
Berita Terkait
Video Kami
Kategori Lainnya
Berita Lainnya

















































