Cerita Musim Teduh: Menilik Aktivitas Pemantauan dan Perlindungan Sarang di Pantai Jeen Syuab

Bagikan Tulisan

Tanggal

22 November 2022

Penulis

Petrus Pieter Batubara

Tanggal

22 November 2022

Penulis

Petrus Pieter Batubara

Halo! Perkenalkan nama saya Petrus Pieter Batubara, akrab disapa teman-teman dengan  panggilan Ompet. Saya dipercayakan sebagai Koordinator Pantai Jeen Syuab (dahulu disebut pantai Wermon) pada musim peneluran April-September 2022. Pantai Jeen Syuab merupakan satu dari dua pantai peneluran penting bagi penyu belimbing (Dermochelys coriacea) di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Saya telah bergabung dalam tim sejak tahun 2013 dan cukup punya pengalaman dalam beberapa musim peneluran sebagai anggota tim pemantauan penyu dan perlindungan sarang di Taman Pesisir Jeen Womom.

Foto tim Jeen Syuab musim teduh
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Tim LPPM Universitas Papua (UNIPA) di pantai Jeen Syuab berjumlah enam orang yang terdiri dari saya sebagai koordinator pantai, lalu Yonas Saidui, Paitu Tomas Yesyak dan Hermanus Maklon Ayomi sebagai tenaga lapangan dan tenaga magang yaitu Osorio Mariano S. S. Embulaba, Mayustilo Abraham Hokoyoku. Kami bekerja bersama kurang lebih 24 masyarakat lokal dari Kampung Wau dan Kampung Weyaf (dua kampung di dekat pantai) dalam berbagai aktivitas di pantai. Masyarakat yang terlibat  adalah 4 orang pemilik pantai, 6 patroler lokal yang bergantian setiap bulan, dan 2 pemuda sebagai tenaga magang. Para patroler lokal bertanggung jawab mencatat jejak penyu dan menandai posisi sarang penyu. Dalam sehari patroler lokal dapat menandai 5 sampai 10 posisi sarang dengan menggunakan besi stainless untuk merasakan pasir diatas sarang.

Memindahkan sarang ke dalam kandang relokasi merupakan metode melindungi sarang-sarang penyu belimbing dari invasi akar Ipomoea sp. di pantai Jeen Syuab. Empat orang masyarakat lokal menyediakan kandang relokasi dan 12 anggota masyarakat lokal dengan antusias membantu memindahkan telur dari sarang alami ke sarang buatan dalam kandang relokasi. Tenaga relokasi dapat memindahkan sarang sebanyak 10 sarang dalam sehari dan dilakukan secara individual maupun berkelompok. Keterlibatan wanita pun meningkat di musim ini diketahui 9 dari 12 orang yang terlibat sebagai tenaga relokasi adalah perempuan (75%). Mereka membantu upaya perlindungan sarang di pantai dan upah yang diterima pun dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

Tim melakukan crosscheck data di pos
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Bapak Lukas sedang menandai sarang Penyu Belimbing
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Musim peneluran tahun ini sangat luar biasa menurut saya, di awal musim jumlah aktivitas penyu sudah cukup banyak, di setiap malam tercatat terdapat 3-5 individu penyu yang naik untuk bertelur. Dua bulan awal yaitu bulan April dan Mei tercatat 127 sarang penyu belimbing dan 41 individu yang terdata dan terus meningkat sampai mencapai 773 sarang. Ditemui total 218 individu di akhir September, 90 individu baru terdata dan 128 telah terdata di musim sebelumnya. Bukan hanya penyu belimbing namun kami juga menemui sarang penyu lain seperti 5 sarang penyu hijau (Chelonia mydas), 5 sarang penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan 134 sarang penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Musim ini terdapat enam kandang relokasi yang dibuat oleh masyarakat lokal yang mengakomodir 517 sarang penyu belimbing, dan diketahui jumlah telur yang dipindahkan ke dalam kandang relokasi sebanyak 38.259 telur. Terdapat pula 45 sarang kontrol yang ditandai untuk menjadi perbandingan dengan sarang yang dilindungi. Selain memindahkan sarang ke kandang relokasi, tim juga harus mengontrol kandang relokasi dari pemangsa alami seperti anjing yang berusaha masuk ke dalam kandang untuk memakan telur penyu. Kurang lebih masa inkubasi telur yaitu selama 60 hari kemudian sarang siap untuk menetas, pekerjaan selanjutnya adalah mengevaluasi sarang yang sudah menetas untuk meninjau seberapa berhasilnya metode yang dilakukan melindungi sarang. Dari kegiatan evaluasi sukses penetasan diketahui rata-rata sukses penetasan di kandang relokasi pantai Jeen Syuab di musim ini adalah 49%, jauh lebih tinggi dibanding sukses penetasan sarang kontrol yang hanya mencapai 3%. Diartikan bahwa penggunaan kandang relokasi di Jeen Syuab berhasil meningkatkan penetasan telur penyu belimbing disana. Diestimasikan tukik yang berhasil menetas dari sarang pada musim ini adalah sebanyak 19008 tukik.

Yemima Bame dan Oktovina Jokson sedang menggali sarang buatan (Foto dari Petrus Batubara)

Yemima Bame dan Oktovina Jokson sedang menggali sarang buatan
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Petrus Batubara)

Penyu Belimbing bertelur dipagi hari
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Tim UNIPA melakukan presentasi di tengah masyarakat
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Keberhasilan yang kami dapat ini terjadi karena antusiasme dan kekompakan dari tim dan masyarakat lokal yang terlibat dalam upaya pemantauan penyu dan perlindungan sarang. Hasil kegiatan kami ini telah kami paparkan di tengah masyarakat kampung Wau dan Weyaf pada tanggal 24 September 2022 di Balai Kampung Weyaf, agar seluruh masyarakat dapat mengetahui kegiatan konservasi yang dilakukan di pantai Jeen Syuab dengan terbuka. Masyarakat memberikan apresiasi mendengar paparan kami dan berharap agar di musim-musim peneluran selanjutnya tim UNIPA dapat terus bekerja di pantai bersama masyarakat dalam menjaga penyu.

Berita Lainnya

Penampakan Stand Sanus Coconut di Trade Expo Indonesia

Monica Jupiter Arung Padang – November 15, 2022

7

Abigail Lang, Federika Kondororik, Habema Monim – November 10, 2022

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.