Kuatkan Tim, Selamatkan Penyu: Integrasi Sains dan Inovasi untuk Konservasi
Bagikan Tulisan

Tanggal
15 April 2025
Penulis
Abigail Lang, Noviyanti
Tanggal
15 April 2025
Penulis
Abigail Lang, Noviyanti
Sebagai bagian dari upaya pelestarian Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), salah satu spesies kunci (keystone species) yang semakin langka, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Papua (UNIPA) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Peningkatan Kapasitas bagi Tim Pelaksana Program Sains untuk Konservasi: Menghubungkan Sains dengan Inovasi untuk Upaya Konservasi Penyu Belimbing yang Holistik di Bentang Laut Kepala Burung.”
Baca juga : Pembekalan Kru Musim Teduh 2024
Kegiatan yang berlangsung pada 9–11 April 2025 ini dipusatkan di Fakultas Teknologi Pertanian UNIPA, dan menjadi rangkaian dari Program Sains untuk Konservasi yang telah digagas oleh LPPM UNIPA sebagai bentuk kontribusi nyata perguruan tinggi terhadap penyelamatan spesies-spesies penting di Tanah Papua.

Pengenalan program Sains untuk Konservasi oleh Ibu Fitryanti Pakiding
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Penjelasan Materi Ekologi Penyu Oleh Ibu Deasy
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)
Acara dibuka secara resmi oleh Prof. Freddy Pattiselanno, selaku Kepala LPPM UNIPA. Dalam sambutannya, Prof. Freddy menekankan bahwa pelestarian penyu belimbing tidak dapat dilakukan secara parsial. “Konservasi harus bersifat holistik, berbasis pada sains namun mampu berinovasi sesuai kondisi lapangan. Melalui pelatihan ini, kita ingin menyiapkan tim yang bukan hanya paham teori, tetapi juga terampil dan siap menghadapi tantangan nyata di lapangan,” ujarnya.
Peserta pembekalan terdiri dari 15 orang, yakni 11 laki-laki dan 4 perempuan, yang nantinya akan bertugas di lokasi konservasi, kawasan Taman Pesisir Jeen Womom. Pada hari pertama, peserta menerima materi-materi dasar seperti: Pengenalan Biologi dan Ekologi Penyu (peran penyu dalam ekosistem laut, karakteristik, siklus hidup, dan perilaku peneluran), Ancaman dan Upaya Perlindungan Penyu (status konservasi, ancaman penyu di pantai dan perairan, undang-undang perlindungan penyu), Identifikasi Jenis Penyu, serta Pemantauan dan Perlindungan Sarang Penyu yang diterapkan di TP Jeen Womom. Pada hari kedua peserta melakukan praktik langsung yang berlokasi di Pantai Amban. Selama praktik, peserta belajar cara melakukan patroli pagi dan patroli malam, cara melindungi sarang, dan cara melakukan evaluasi sukses penetasan sarang. Setelah mempelajari kegiatan teknis di lapangan, pada hari ketiga peserta diajak mengenal lokasi kerja di TP Jeen Womom, mempelajari sistem penginputan data, pencatatan laporan harian, dan pertanggungjawaban keuangan.

Pelatihan Tim Pemantauan Penyu dan Perlindungan Sarang: Berlatih memasang naungan pada sarang penyu
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Belajar Protokol Pemantauan Penyu Bersama Ibu Deasy Lontoh
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)
Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta akan pentingnya perlindungan penyu, serta mendorong pemahaman bahwa misi bersama tim adalah meningkatkan jumlah tukik penyu belimbing yang berhasil dilepasliarkan ke laut. Selain itu, peserta juga akan dibekali dengan pengetahuan teknis mengenai pelaksanaan kegiatan pemantauan penyu dan perlindungan sarang di lapangan.
Setelah pelatihan selesai, peserta nantinya akan ditempatkan di TP Jeen Womom pada empat pantai peneluran: 1) Pantai Wembrak, 2) Pantai Batu Rumah, 3) Pantai Warmamedi dan 4) Pantai Jeen Syuab. Pantai-pantai ini memiliki panjang garis pantai antara 4 hingga 6 kilometer, dan merupakan lokasi peneluran penting bagi populasi Penyu Belimbing di Pasifik Barat.
Melalui kegiatan ini, LPPM UNIPA berharap dapat membentuk tim konservasi yang memiliki pemahaman ilmiah yang kuat, namun juga mampu mengaplikasikan inovasi-inovasi praktis dalam perlindungan penyu. Kolaborasi antara ilmu pengetahuan dan pendekatan lokal dianggap sangat penting, mengingat konservasi tidak hanya soal data, tapi juga soal empati, budaya, dan keterlibatan masyarakat. Pelatihan ini menjadi langkah strategis untuk menjawab tantangan konservasi penyu di era perubahan iklim dan eksploitasi sumber daya, serta menegaskan komitmen UNIPA untuk terus menjadi bagian dari solusi berbasis sains di Tanah Papua.
Bagikan Tulisan
Ikuti Survei
Bantu kami meningkatkan kualitas informasi hasil monitoring sosial dan ekologi di BLKB-Papua.
Berita Terkait
Video Kami
Kategori Lainnya
Berita Lainnya

Kartika Zohar, Deasy Lontoh, Fitryanti Pakiding, Abraham Leleran – Juni 05, 2024

Jane Lense – Juni 04, 2024

Michael Tuhuteru – Juni 03, 2024
Sorry, the comment form is closed at this time.