Berawal dari Malang, berlanjut hingga Tambrauw : Inilah kisah salah satu penjaga penyu wanita di Pantai Wembrak

Bagikan Tulisan

Kegembiraan saat melihat pantai di Wembrak

Tanggal

14 Oktober 2022

Penulis

Ika Pebina Pinem

Tanggal

14 Oktober 2022

Penulis

Ika Pebina Pinem

Foto dengan penyu belimbing

Ika berfoto bersama Penyu Belimbing
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Ika)

Halo perkenalkan saya Ika Pebina Pinem biasa dipanggil Ika. Saya dilahirkan Medan dan beberapa kali berpindah domisili di sekitar wilayah Sumatra dan Jawa. Saya lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya di Malang, tempat pertama kali saya belajar dan tertarik mengenai penyu. Saya mulai mengenal konservasi penyu ketika saya melakukan magang di salah satu organisasi yang melakukan upaya tersebut di Bali. Setelah menyelesaikan magang saya tertarik untuk melanjutkan skripsi saya mengenai konservasi penyu, dan saya melakukan penelitian mengenai penyu hijau (Chelonia mydas) di daerah Sukabumi. Hal tersebut semakin membuka pikiran dan rasa ingin tahu saya tentang penyu, saya jadi memiliki suatu bucket list melihat dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan konservasi penyu terbesar di dunia yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Sebenarnya, penyu tersebut dapat ditemui di Indonesia tepatnya di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat akan tetapi saya belum tahu bagaimana dapat mengakses lokasi tersebut karena saya belum pernah menginjakkan kaki di tanah Papua.

Suatu waktu saat saya sedang santai scroll Instagram, saya pun melihat sebuah akun instagram @science4conservation dari LPPM Universitas Papua yang sedang membuka lowongan untuk posisi tenaga lapangan pada pantai peneluran penyu belimbing di Tambrauw. Tanpa berfikir panjang saya pun mendaftarkan diri dan akhirnya dinyatakan lulus sebagai tenaga lapangan. Awal dinyatakan lulus saya sedikit khawatir mengenai bagaimana situasi lingkungan di Papua, karena saya belum pernah mendatangi tempat tersebut dan juga karena hanya dua orang perempuan di daftar yang lolos sehingga menambah kekhawatiran saya. Tetapi karena besarnya keinginan untuk kesana dan melihat langsung penyu belimbing akhirnya saya banyak bertanya kepada ibu Deasy selaku koordinator pemantauan dan perlindungan penyu disana dan saya pun merasa yakin untuk memulai perjalanan saya dan bertemu raksasa berwajah lucu tersebut (entah mengapa semua penyu terlihat sangat menggemaskan di mata saya).

Bersama tim survei di Wembrak
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Sesar)

Ika berfoto dengan tukik
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Ika)

Saya pun akhirnya tiba di Manokwari Papua Barat, perasaan pertama yang saya rasakan pastinya super excited karena saya tiba ditempat baru yang sangat indah. Sebelum berangkat ke lapangan kita diberi pembekalan materi mengenai keadaan lapang dan pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah semua persiapan selesai tim pun berangkat ke lapangan yang berlokasi di Distrik Tobouw. Semua yang saya lihat merupakan hal baru untuk saya, saya sangat menyukai lingkungan dan masyarakat yang ada di Kampung Resye, Womom dan Warmandi (tiga kampung yang berdekatan dengan pantai peneluran). Saya ditempatkan di pantai Wembrak, pada bulan pertama masih menjadi waktu untuk saya beradaptasi dengan semua hal yang ada disana akan tetapi lama-kelamaan saya mulai berbaur dengan semuanya. Banyak hal yang baru pertama kali saya lakukan selama di sana dan merupakan hal baru selama saya mengenal konservasi penyu, yaitu melakukan scan penyu dan memasangkan Passive Integrated Transponder (PIT) tag.

Disamping pekerjaan utama yang saya lakukan di sana seperti monitoring malam, perlindungan sarang, monitoring pagi, mengukur pasang surut dan evaluasi sarang, saya juga mengembangkan kemampuan memasak yang saya pelajari dari beberapa teman yang ada di sana. Saya mencoba hal baru yang belum pernah saya lakukan dimana merupakan kebiasaan yang selalu dilakukan masyarakat Papua yaitu makan pinang. Awalnya terasa sangat aneh, akan tetapi lama – kelamaan terasa enak. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang-orang di pantai yaitu memasang jerat yang merupakan hal baru juga bagi saya. Beberapa kali saya ikut dengan teman tim di pantai untuk memeriksa jerat dan kami berhasil membawa pulang rusa dan babi hutan. Selama enam bulan lamanya saya ikut ambil bagian dalam tim ini. Banyak hal baru yang saya lakukan dan pastinya banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang saya dapat. Satu persatu bucket list saya untuk mendatangi tempat konservasi penyu di dunia yang saya mulai dari Indonesia pun akhirnya terpenuhi dan saya berharap akan terus berlanjut.

Pengalaman pertama Ika mengunyah pinang dan sirih
(Foto : S4C_LPPM UNIPA/Ika)

Berita Lainnya

Foto Kegiatan MCM

Noviyanti, Monica Arung Padang & Deasy Lontoh – Oktober 7, 2022

Foto Bersama panitia dan peserta hari 1

Abigail Lang, Noviyanti, Kartika Zohar dan Yusup Jentewo – Oktober 6, 2022

Pemutaran Film

Abigail Lang & Noviyanti – September 30, 2022

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.