Kabar Gembira tentang Konservasi Penyu Belimbing di Papua Barat

Bagikan Tulisan

Tanggal

18 Juli 2022

Penulis

Deasy Lontoh & Noviyanti

Tanggal

18 Juli 2022

Penulis

Deasy Lontoh & Noviyanti

Tim Sains untuk Konservasi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Papua (LPPM UNIPA) telah melakukan pemantauan dan perlindungan sarang penyu di Taman Pesisir (TP) Jeen Womom sejak tahun 2017. Terletak di pesisir barat laut Papua Barat, TP Jeen Womom merupakan tempat peneluran penyu belimbing terbesar di Pasifik. Karena populasinya telah menurun drastis, penyu belimbing terancam punah. Aktivitas peneluran penyu belimbing terkonsentrasi di pantai Jeen Yessa dan Jeen Syuab yang termasuk dalam TP Jeen Womom. Penyu belimbing bertelur sepanjang tahun namun dibagi dalam dua musim peneluran: antara April dan September dengan puncak peneluran pada bulan Juli, dan antara Oktober dan Maret dengan puncak peneluran pada bulan Januari.

Membuat Perlindungan Pakis-di Batu Rumah (dari Faisal).jpg

Tim saat melakukan perlindungan sarang (membuat naungan pakis)
(Foto : M. Faisal/S4C_LPPM UNIPA)

Foto Tukik Penyu Belimbing

Tukik penyu belimbing
(Foto : Habema Monim/S4C_LPPM UNIPA)

Setiap melakukan kegiatan patroli malam, tim pantai mendapatkan data induk penyu belimbing dengan memindai chip penanda yang disebut sebagai Passive Integrated Transponder (PIT) tag. Pemasangan PIT tag sudah berlangsung sejak tahun 2003 oleh WWF Indonesia, NOAA, dan kemudian dilanjutkan oleh Universitas Papua. Chip penanda ini terpasang di bahu induk dan memiliki 9 angka dengan kombinasi unik untuk membedakan setiap induk, seperti nomor identitas induk. Sejak April 2022, tim pantai mendeteksi lebih banyak induk penyu belimbing tanpa PIT tag, sekitar 52% dari semua penyu belimbing yang mendarat. Pada awal musim peneluran ini, tim pantai membawa pasokan PIT tag yang diprediksi akan bertahan sepanjang musim, tetapi ternyata pasokan ini habis hanya dalam hitungan dua bulan!

Penyu naik ke pantai di pagi hari (foto di Wermon dari Yonas).jpg

Induk penyu naik bertelur di Pantai Jeen Syuab pada pagi hari
(Foto : Yonas Saidui/S4C_LPPM UNIPA)

Tim peneliti dari Program Sains untuk Konservasi menyatakan bahwa tidak semua penyu belimbing yang belum bertanda ini adalah penyu betina yang pertama kali bertelur. Ada beberapa kemungkinan, salah satunya bisa saja mereka sudah pernah bertelur di pantai lain di Papua Barat namun tidak terdeteksi karena tidak ada kegiatan pemantauan penyu di wilayah tersebut. Namun demikian, tim peneliti menduga banyak dari mereka adalah penyu betina yang baru pertama kali bertelur.

Mengetahui jumlah penyu belimbing dalam populasi tidaklah mudah sebab reptil yang terancam punah ini hidup di laut lepas dan memiliki pola migrasi dengan jangkauan wilayah yang sangat luas. Bila penyu usia produktif, misalnya penyu betina yang baru pertama kali bertelur maupun penyu jantan yang mencapai usia dewasa, semakin bertambah maka populasi penyu akan meningkat. Hal ini tentu dengan asumsi angka kematian penyu dewasa (misalnya karena tangkapan sampingan, dll.) tidak meningkat.

Meskipun kami mungkin harus menunggu sepuluh tahun atau lebih untuk menyimpulkan apakah populasi penyu belimbing di Kepala Burung Papua meningkat, kami menganggap munculnya penyu-penyu betina baru sebagai sesuatu yang menjanjikan. Mungkin saat ini kami sedang melihat buah pertama dari usaha konservasi yang dirintis pada pertengahan tahun 1990-an-hingga awal tahun 2000-an oleh BBKSDA, WWF, dan NOAA. Hasil yang menjanjikan ini mendorong kami untuk bekerja lebih giat dan memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya.

Berita Lainnya

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.