Kelapa dan Mimpi Pesisir: Cerita Monev dari Kampung-Kampung di Sekitar TP Jeen Womom
Bagikan Tulisan

Tanggal
05 Mei 2025
Penulis
Putri Kawilarang, Kartika Zohar
Tanggal
05 Mei 2025
Penulis
Putri Kawilarang, Kartika Zohar
Setiap perjalanan menyimpan cerita. Setelah satu bulan para Pendamping Masyarakat dan Narahubung Program (PMNH) bekerja di kampung-kampung sekitar Taman Pesisir Jeen Womom, akhir April menjadi momen penting bagi Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) untuk kembali turun ke lapangan. Selain memastikan keberlangsungan program konservasi, tim juga membawa pasokan bahan makanan (bama) dan logistik untuk kebutuhan sebulan ke depan.
Langkah Pertama: Menuju Kampung Penjaga Pesisir
Pada Jumat malam, 25 April 2025 pukul 21.00 WIT, lima anggota Tim Monev berangkat dari Manokwari dengan menumpang KM Sabuk Nusantara 112. Mereka menuju lima titik lokasi pendampingan di tiga distrik: Distrik Amberbaken (empat kampung binaan), Distrik Abun (tiga kampung binaan), dan Distrik Tobouw (dua kampung binaan).
Sabtu pagi, 26 April 2025, kapal tiba di perairan Saukorem. Mikardes Albert turun dan melanjutkan perjalanan darat ke Distrik Amberbaken. Sore harinya, Kartika Zohar tiba di Kampung Wau-Weyaf. Esok pagi, 27 April 2025, Aflia Pongbatu melanjutkan ke Kampung Syukwo, sementara Fitri Iriani dan Putri Kawilarang menuju Kampung Resye.

Kegiatan Monev Bersama Tim di Kampung Wau-Weyaf. Tim PMNH melengkapi dokumen-dokumen program.
(Foto: Prog. Pemberdayaan Masyarakat_S4C – LPPM UNIPA)

Kegiatan Monev Bersama Tim di Kampung Womom. Tim PMNH melengkapi dokumen-dokumen program.
(Foto: Prog. Pemberdayaan Masyarakat_S4C – LPPM UNIPA)
Setibanya di lokasi, Tim Monev melaksanakan tugas sesuai rencana kerja yang tertuang dalam TOR, diantaranya memeriksa kesesuaian logistik dan bahan makanan, memastikan kegiatan belajar-mengajar di Rumah Belajar berjalan, serta memantau pelaksanaan teknis kegiatan lapangan. Sesi diskusi dengan para PMNH juga menjadi bagian penting, mendengarkan kendala, menyampaikan evaluasi, dan mencari solusi bersama.

Kegiatan Pengolahan Kelapa (proses cincang) untuk praktikum bersama di Kampung Resye dan Womom
(Foto: Prog. Pemberdayaan Masyarakat_S4C – LPPM UNIPA)

Proses penggantian mesin parut kelapa yang telah rusak di lokasi Resye – Womom
(Foto: Prog. Pemberdayaan Masyarakat_S4C – LPPM UNIPA)
Belajar dari Lapangan: Minyak Kelapa dan Kolaborasi
Di Kampung Resye dan Womom, Tim Monev bersama PMNH melakukan praktik pembuatan minyak kelapa. Sebelumnya, hasil produksi dari lokasi ini belum lolos uji kualitas oleh tim di Manokwari. Untuk itu, para pendamping ditugaskan mengumpulkan sekitar 150 buah kelapa untuk praktik bersama.
Tantangan teknis pun muncul, seperti mesin parut aus dan tidak bisa digunakan karena kunci L untuk mengganti mata parut tidak tersedia. Saat beralih ke pencacahan manual, parang terlepas dari gagangnya. Pasokan solar pun sempat habis, sehingga tim harus menimba air dari sungai yang nyaris kering. Meski begitu, semua kendala dapat diatasi dengan semangat gotong royong. Produksi minyak kelapa tetap terlaksana.
Sementara itu, di Kampung Wau-Weyaf, tim bersama PMNH melakukan dua teknik olahan kelapa sekaligus yaitu pembuatan minyak kelapa melalui pemanasan, dan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan metode fermentasi. Mereka juga berdiskusi dengan kelompok masyarakat dan aparat kampung tentang penggunaan rumah produksi.
Cerita dari kampung Syukwo pun tak kalah menarik. Mereka mempraktikan pembuatan pot dari sabut kelapa. Kedepannya ini mungkin menjadi salah satu alternatif pendapatan untuk pemanfaatan kelapa di wilayah ini. Namun tentunya ini masih merupakan pekerjaan rumah untuk dapat melatih anggota masyarakat untuk dapat memproduksinya secara berkelanjutan.

Percobaan untuk Produksi VCO
(Foto: Prog. Pemberdayaan Masyarakat_S4C – LPPM UNIPA)

Proses Memasak Minyak Kelapa
(Foto: Prog. Pemberdayaan Masyarakat_S4C – LPPM UNIPA)
Tawa, Kejutan, dan Kehangatan Komunitas
Di tengah kegiatan padat, momen-momen ringan turut memberi warna. Di Resye-Womom, tim diajak anak-anak kampung mengunjungi air terjun, meski ternyata sedang kering, kebersamaan tetap jadi pengalaman yang berharga.
Di Syukwo, atap dapur bocor dan tungku masak perlu ditata ulang. Meski sederhana, aktivitas ini menjadi momen kolaborasi sambil berbagi cerita di dalam tim.
Di Wau-Weyaf, waktu luang di tengah-tengah produksi diisi dengan membuat kue lemet dari singkong parut dan gula merah, lalu dinikmati bersama di Rumah Belajar. Sementara di Amberbaken, di sela hujan, tim menyempatkan diri memancing dan menikmati hasil tangkapan bersama masyarakat.
Kembali Pulang, Membawa Cerita dan Harapan
Pada Jumat, 2 Mei 2025, Tim Monev kembali ke Manokwari. Mereka membawa dokumen hasil evaluasi, 11 liter minyak kelapa dari Resye-Womom, 46 liter minyak kelapa dan 4,5 liter VCO dari Wau-Weyaf yang diproduksi sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Seluruh hasil produksi ini akan diproses dan dikemas sebelum dijual di toko swalayan di Manokwari.
Setiap kunjungan monev menjadi ruang belajar bersama untuk merawat hubungan dan memperkuat kerja sama dengan PMNH dan masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan memperkuat upaya pelestarian penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mendukung konservasi yang berkelanjutan di pesisir Papua Barat.
Bagikan Tulisan
Ikuti Survei
Bantu kami meningkatkan kualitas informasi hasil monitoring sosial dan ekologi di BLKB-Papua.
Berita Terkait
Video Kami
Kategori Lainnya
Berita Lainnya

Yusup Jentewo, Deasy Lontoh dan Kartika Zohar – Mei 30, 2023

Abigail Lang – Mei 13, 2023
Sorry, the comment form is closed at this time.