Kategori
Monitoring Ekologi EKKP3K Monitoring Sosial EKKP3K

Penilaian Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Provinsi Papua Barat: Status dan Pembelajaran

Penilaian Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Provinsi Papua Barat: Status dan Pembelajaran

Bagikan Tulisan

[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-twitter” size=”fa-lg” type=”circle” link=”https://twitter.com/intent/tweet?url=https://science4conservation.com/penilaian-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan-di-provinsi-papua-barat” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-facebook” size=”fa-lg” type=”circle” link=”http://www.facebook.com/sharer.php?u=https://science4conservation.com/penilaian-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan-di-provinsi-papua-barat” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-whatsapp” size=”fa-lg” type=”circle” link=”whatsapp://send?text=https://science4conservation.com/penilaian-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan-di-provinsi-papua-barat” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]

Tanggal

28 September 2022

Penulis

Dariani Matualage & Kezia Salosso

Tanggal

28 September 2022

Penulis

Dariani Matualage & Kezia Salosso

Kawasan konservasi berfungsi sebagai wilayah untuk melindungi dan melestarikan sumber daya yang ada di dalamnya. Penetapan kawasan konservasi tidak hanya fokus kepada perlindungan dan pelestarian serta pengawetan saja, tetapi juga memperhatikan pemanfaatan kawasan yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, pemanfaatan tersebut bersifat terbatas dan harus mengutamakan kelestarian dan memperhatikan daya dukung kawasan.

Wilayah Bentang Laut Kepala Burung, Papua (BLKB) saat ini memiliki lebih dari 20 kawasan konservasi perairan dengan total luas lebih dari 4,5 juta hektar dan memberikan kontribusi hampir 25% dari luasan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia. Di satu sisi jumlah dan luasan KKP diperlukan untuk mendukung komitmen pemerintah Indonesia membentuk 32,5 juta hektar KKP pada tahun 2030. Tetapi disisi lain peningkatan efektivitas pengelolaan KKP juga menjadi hal yang sangat penting diperhatikan agar fungsinya dapat berjalan dengan baik. Peningkatan efektivitas pengelolaan KKP hanya dapat diketahui jika dilakukan penilaian secara terus-menerus.

Penandatanganan Salah Satu Berita Acara

(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Proses Penilaian EVIKA

(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Sejak tahun 2021, penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di Papua Barat telah dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi atau yang disebut EVIKA, setelah sebelumnya menggunakan perangkat E-KKP3K. Tahun 2022 ini, LPPM Universitas Papua bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat, Kementerian Kelautan dan Perikanan, pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah, YKI, YKAN dan mitra konservasi lainnya telah melakukan workshop Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Papua Barat. Kegiatan ini diselenggarakan di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat pada tanggal 6 hingga 8 April 2022 untuk melakukan penilaian secara mandiri terhadap 5 KKP yang dikelola Pemerintah Provinsi Papua Barat, yaitu Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat; Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jeen Womom Kabupaten Tambrauw; Kawasan Konservasi Perairan Buruwai, Arguni, Kaimana, Teluk Etna, dan Perairan Sekitarnya; Kawasan Konservasi Perairan dan Pulau-Pulau Kecil Teluk Berau dan Teluk Nusalasi Van Den Bosch; dan Kawasan Konservasi Seribu Satu Sungai Teoenebikia di Perairan Sorong Selatan. Melalui kegiatan ini juga sekaligus disiapkan dokumen-dokumen yang mendukung penilaian tersebut untuk kemudian digunakan dalam penilaian yang dilakukan tim penilai dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.  Tim penilai EVIKA untuk KKP di Provinsi Papua Barat adalah (1) Dr. Hendra Yusran Siry, S.Pi, M.Sc; (2) Raden Tomi Supratomo, S.Si, M.Si; dan (3) Nur Ismu Hidayat.

Pada tanggal 18-19 Agustus 2022, bertempat di Kantor Loka PSPL Sorong, telah dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di Provinsi Papua Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh tim penilai, Loka PSPL Sorong, DKP Provinsi Papua Barat, Pengelola kawasan yaitu UPTD KKP Raja Ampat, UPTD Kaimana Fakfak, UPTD Jeen Womom, UNIPA dan mitra konservasi. Banyak pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan ini, antara lain  (1) masih terdapat program-program konservasi yang belum dilakukan tetapi sangat penting dalam penilaian EVIKA; (2) pengelola kawasan dan mitra perlu mendokumentasikan setiap program yang telah dilakukan dalam bentuk laporan dan foto; (3) bagaimana menyajikan hasil-hasil program yang telah dilakukan pengelola dan mitra sehingga dapat digunakan sebagai dokumen pendukung penilaian; serta (4) Pengelola kawasan harus melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan mitra setiap tahun.

Hasil dari penilaian EVIKA tahun 2022 adalah sebagai berikut:

NoNama KawasanNilai EVIKAWarnaStatus
1Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat88,04EMASDikelola Berkelanjutan
2Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jeen Womom Kabupaten Tambrauw dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Papua Barat
61,49PERAKDikelola Optimum
3Kawasan Konservasi Perairan Buruway, Arguni, Kaimana, Teluk Etna, dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Papua Barat50,26PERAKDikelola Optimum
4Kawasan Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Teluk Berau
Dan Teluk Nusalasi-Van Den Bosch di Provinsi Papua Barat
50,26PERAKDikelola Optimum
5Kawasan Konservasi Seribu Satu Sungai Teoenebikia
Di Perairan Sorong Selatan di Provinsi Papua Barat
14,71PERUNGGUDikelola Minimum

Bagikan Tulisan

[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-whatsapp” size=”fa-lg” type=”circle” link=”whatsapp://send?text=https://science4conservation.com/penilaian-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan-di-provinsi-papua-barat” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-twitter” size=”fa-lg” type=”circle” link=”https://twitter.com/intent/tweet?url=https://science4conservation.com/penilaian-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan-di-provinsi-papua-barat” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-facebook” size=”fa-lg” type=”circle” link=”http://www.facebook.com/sharer.php?u=https://science4conservation.com/penilaian-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan-di-provinsi-papua-barat” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]

Ikuti Survei

Bantu kami meningkatkan kualitas informasi hasil monitoring sosial dan ekologi di BLKB-Papua.

Berita Terkait

Video Kami

Kategori Lainnya

Berita Lainnya

Jaeneth bersama Bernadus sedang mengelompokkan telur (Foto : Faisal)

Jaeneth Maria Maya Nunaki – September 2, 2022

11

Yusup Jentewo & Deasy Lontoh – September 1, 2022

Kategori
Monitoring Ekologi EKKP3K Monitoring Sosial EKKP3K

Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua Barat dengan World Bank Scorecard

Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

di Bentang Laut Kepala Burung Papua Barat

dengan World Bank Scorecard

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) Papua dan Papua Barat dibentuk dengan tujuan untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati laut sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkelanjutan. Sejak Tahun 2009 evaluasi pengelolan KKP dilakukan secara rutin, sehingga dapat diketahui efektivitas pengelolaan KKP dalam mencapai tujuan pengelolaannya. Penilaian pengelolaan di wilayah BLKB selama ini dilakukan dengan menggunakan dua perangkat, yaitu Scorecard dari Bank Dunia (World Bank Scorecard) dan Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (E-KKP3K).

WB Scorecard KKPD Ayau
WB Scorecard Waigeo Sebelah Barat
WB Scorecard Taman Nasional
WB Scorecard Kofiau-Pulau Boo
WB Scorecard KKPD Teluk Mayalibit
WB Scorecard KKPD Selat Dampier
WB Scorecard KKPD Misool
WB Scorecard KKPD Kaimana
WB Scorecard Taman Pesisir Jen

WB Scorecard

Penilaian dengan perangkat World Bank Scorecard dikembangkan secara khusus untuk menilai kemajuan pencapaian pengelolaan kawasan konservasi perairan. Perangkat ini telah digunakan sejak adanya KKP di BLKB. Adanya penilaian yang dilakukan sejak berdirinya KKP ini memudahkan pengguna melihat perubahan-perubahan dalam pengelolaan KKP dari waktu ke waktu dan juga dapat membandingkannya dengan pengelolaan KKP lain di dunia. Penilaian dilakukan berdasarkan enam tahap pengelolaan kawasan konservasi yang baik, yaitu konteks, perencanaan, masukan, proses, keluaran dan hasil.

Penilaian ini dilakuan setiap tahun pada 9 KKP, yaitu KKPD Raja Ampat yang terdiri dari KKPD Teluk Mayalibit, KKPD Selat Dampier, KKPD Kepulauan Ayau, KKPD Kofiau-Pulau Boo dan KKPD Misool, KKPD Kaimana, KKPN SAP Waigeo Sebelah Barat, Taman Nasional Teluk Cenderawasih, dan Kawasan Taman Pesisir Jeen Womom (Abun, Tambrauw). Pada Tahun 2018, telah dilakukan penghitungan nilai World Bank Scorecard berdasarkan enam tahapan tersebut dengan melihat hasil pengelolaan EKKP3K yang telah dilakukan pada akhir Tahun 2018.

Penghitungan ini dilakukan oleh tim dari UNIPA (Purwanto, Irman Rumengan, Dariani Matualage, Habema Monim) dan TNC (Awaludinnoer). Hasil dari penghitungan ini menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan skor penilaian, walaupun jika dilihat berdasarkan masing-masing tahap pengelolaan terdapat penurunan skor di beberapa KKP, yaitu pada tahapan konteks untuk Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan KKPD Kofiau-Pulau Boo,  dan tahapan hasil untuk KKPD Selat Dampier.

(Oleh : Dariani Matualage, Purwanto, Irman Rumengan, Habema F. Monim)

Kategori
Monitoring Ekologi EKKP3K Monitoring Sosial EKKP3K

Lokakarya Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konsevasi Perairan Di Bentang Laut Kepala Burung Papua Dan Papua Barat

Lokakarya Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konsevasi Perairan

di Bentang Laut Kepala Burung Papua dan Papua Barat

Foto bersama peserta dan narasumber

Foto : Tim Monitoring Ekologi

Suasana diksusi peserta lokakarya EKKP3K di Manokwari

Foto : Tim Monitoring Ekologi

Purwanto - UNIPA menyampaikan materi EKKP3K

Foto : Tim Monitoring Ekologi

Tujuan :

  • Melakukan evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah BLKB dengan perangkat e-KKP3K
  • Melakukan evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah BLKB dengan perangkat Word Bank Score Card.
  • Meningkatkan kemampuan peserta menggunakan pedoman teknis e-KKP3K untuk menilai efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di Bentang Laut Kepala Burung, Papua

Tempat dan tanggal kegiatan :

Ruang Kuliah S3 Lingkungan, Pasca Sarjana Universitas Papua  Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari – Papua Barat pada tanggal 4 – 7 Desember 2018.

Peserta dan fasilitator:

Peserta lokakarya terdiri dari:

  • DKP Provinsi Papua Barat (2 orang)
  • UPTD Tambrauw (1 orang)
  • DKP Fakfak (1 orang)
  • Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (1 orang)
  • Pengelola Kawasan Konservasi Perairan di Raja Ampat (UPTD BLUD: 2 orang)
  • Yayasan Nazareth Papua (1 Orang)

Narasumber dan fasilitator lokakarya terdiri dari:

  • Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat KKHL (1 orang)
  • Universitas Papua (4 orang)
  • Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat (2 orang)
  • CI (2 orang: Raja Ampat & Fakfak)
  • TNC (1 orang: Raja Ampat )
  • WWF (2 orang: Tambrauw dan Sorong Selatan)

Hasil :

Status atau peringkat efektivitas pengelolaan dari masing-masing kawasan konservasi adalah sebagai berikut:

Berita Lainnya

foto bersama

Purwanto, Awaludinnoer, Nur Ismu Hidayat, Dheny Setyawan, Sutraman, Rahel Randa dan Dariani Matualage – Juli 1, 2019

Kategori
Monitoring Ekologi EKKP3K Monitoring Sosial EKKP3K

Lokakarya Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua

Lokakarya Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

di Bentang Laut Kepala Burung Papua 

Bentang Laut Kepala Burung sebagai kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi dan menjadi prioritas pengembangan kawasan konservasi Perairan (KKP) di Indonesia dan dunia. Saat ini BLKB telah memiliki lebih dari 12 KKP dengan total luas lebih dari 3,5 juta hektar. Pembentukan KKP bertujuan untuk melindungi kelestarian keanekaragaman hayati sehingga memberikan manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu penilaian terhadap keefektifan pengelolaan kawasan konservasi yang dilakukan secara terus-menerus. Khusus untuk penilaian efektifitas pengelolaan KKP, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengembangkan perangkat yang disebut Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (EKKP3K) yang telah resmi digunakan dengan SK Dirjen KP3K No. 44/2012.

Selama ini pengelola KKP di BLKB cukup beragam. Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNT() dikelola oleh Balai Besar Ta man Nasional di bawah Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, kawasan Perairan Nasional Raja Am pat dikelola oleh Satuan Kerja di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jejaring Taman Pulau Kecil Raja Ampat dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat, sedangkan KKP di Kabupaten Kaimana dan Tambrauw dikelola oleh masing-masing pemerintah kabupaten. Dengan ditetapkannya UU N0 23 Tahun 2014, kewenangan pengelolaan wilayah laut selanjutnya akan berpindah ke tingkat provinsi Papua Barat. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, di Tahun 2017 ini, Direktorat KKHL Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dinas Kelautan dan perikanan Provinsi Papua Barat, Universitas Papua, The Nature Conservancy, Conservation International dan WWF Indonesia menyelenggarakan Lokakarya Penilaian EKKP3K dengan tujuan untuk melakukan evaluasi pengelolaan KKP di seluruh BLKB Papua. Kegiatan yang dilaksanakan di Universitas Papua pada Tanggal 2 hingga 4 Mei 2017 ini diikuti oleh 32 peserta dengan 3 narasumber, yaitu Ervien Juliyanto, S.Pi (Staf Direktorat KKHL Kementerian Kelautan dan Perikanan RI), Sutraman dan Dheny Setyawan (TNC Program Kelautan Indonesia) dengan luaran lokakarya adalah dokumen status pengelolaan masing-masing kawasan konservasi perairan di BLKB Tahun 2017 dan rekomendasi keberlanjutan pengelolaan KKP di BLKB

Berita Lainnya

Kategori
Monitoring Ekologi EKKP3K Monitoring Sosial EKKP3K

Lokakarya Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Bentang Laut Kepala Burung Papua

Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) diidentifikasi sebagai kawasan yang memiliki keanekaragamanhayati laut yang sangat tinggi dan menjadi prioritas pengembangan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia dan dunia. Saat ini BLKB telah memiliki lebih dari 12 KKP dengan total luas lebih dari 3,5 juta hektar.

Pembentukan KKP bertujuan untuk melindungi kelestarian keanekaragaman hayati sehingga memberikan manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu penilaian terhadap keefektifan pengelolaan kawasan konservasi yang dilakukan secara terus-menerus. Khusus untuk penilaian efektifitas pengelolaan KKP, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengembangkan perangkat yang disebut Pedoman Teknis EvaluasiEfektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (EKKP3K) yang telah resmi digunakan dengan SK Dirjen KP3K No. 44/2012.

foto bersama

Foto : Tim BHS Monitoring Sosial Unipa

Selama ini pengelolaKKP di BLKB cukup beragam, Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional di bawah Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, kawasan Perairan Nasional Raja Am pat dikelola oleh Satuan Kerja di bawah KementerianKelautan dan Perikanan, Jejaring Taman PulauKecilRaja Ampat dikelola olehUnit Pelaksana Teknis Dinas di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenRajaAmpat, sedangkan KKP di Kabupaten Kaimana dan Tambrauw dikelola oleh masing-masing pemerintah kabupaten. Dengan ditetapkannya UU No 23 Tahun 2014, kewenangan pengelolaan wilayah laut selanjutnya akan berpindah ke tingkat provinsi Papua Barat.

Sepertipada tahun-tahunsebelumnya,di Tahun 2017 ini,Direktorat KKHL Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dinas Kelautan dan perikananProvinsi Papua Barat, Universitas Papua, The Nature Conservancy, ConservationI nternational dan WWF Indonesia menyelenggarakan Lokakarya.

Penilaian EKKP3K dengan tujuan untuk melakukan evaluasi pengelolaanKKP di seluruh BLKB Papua. Kegiatanyang dilaksanakandi UniversitasPapua pada Tanggal 2 hingga 4 Mei 2017 ini diikuti oleh 32 peserta dengan 3 narasumber, yaitu Ervien Juliyanto, S.Pi (Staf Direktorat KKHL Kementerian Kelautan dan Perikanan RI), Sutraman dan Dheny Setyawan (TNC Program Kelautan Indonesia) dengan luaran lokakarya adalah dokumen status pengelolaan masing-masing kawasan konservasi perairan di BLKB Tahun 2017 dan rekomendasi keberlanjutan pengelolaan KKP di BLKB .

Hasil penilaian peringkat efektivitas pengelolaan masing-masing KKP di BLKB menunjukkan bahwa terjadi peningkatan peringkat di hampir semua KKP, kecuali KKPD Raja Ampat yang masih sama dengan penilaian pada Tahun 2016. Status pengelolaan yang sudah mapan dan tidak terlalu mengalami peningkatan yang signifikan adalah KKP Raja Ampat dan TNTC. Kedua KKP ini telah masuk ke level “KKP dikeIola optimum”. Pada lokakarya tahun ini juga dilakukan penilaian terhadap KKP Kepulauan Fam yang masih dalam tahap inisiasi pembentukan. Rekomendasi yang dihasilkan, yaitu beberapa langkah teknis yang perlu dilakukan oleh masing-masing KKP untuk menaikan peringkat pengelolaan pada tahun berikutnya,hal-halpenting yang diperlukan selama proses penyerahan personel, pembiayaan dan perlengkapan (P3D) dari kabupaten ke provinsi, serta perlu diperhatikan acuan UU No 23 dalam proses pencadangan KKP yang belum ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI.

Lokakaryaini juga diselingi dengan presentasi dan update survei dan rencana pengelolaan danau air asin di Raja Ampat serta presentasi dan sosialisasi tentang Fakultas Perikanan dan llmu  Kelautan UNIPA.

(Oleh: Purwanto, Awaludinnoer, Nur Ismu Hidayat, Dheny Setyawan, Sutraman, Rahel Randa dan Dariani Matualage)