Kategori
Konservasi Penyu Belimbing Diseminasi

Mahasiswa Universitas Papua akan Penelitian di Pantai Peneluran Penyu Belimbing Terbesar di Pasifik

Mahasiswa Universitas Papua akan Penelitian di Pantai Peneluran Penyu Belimbing Terbesar di Pasifik

Bagikan Tulisan

[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-twitter” size=”fa-lg” type=”circle” link=”https://twitter.com/intent/tweet?url=https://science4conservation.com/mahasiswa-universitas-papua-akan-penelitian-di-pantai-peneluran-penyu-belimbing-terbesar-di-pasifik” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-facebook” size=”fa-lg” type=”circle” link=”http://www.facebook.com/sharer.php?u=https://science4conservation.com/mahasiswa-universitas-papua-akan-penelitian-di-pantai-peneluran-penyu-belimbing-terbesar-di-pasifik” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-whatsapp” size=”fa-lg” type=”circle” link=”whatsapp://send?text=https://science4conservation.com/mahasiswa-universitas-papua-akan-penelitian-di-pantai-peneluran-penyu-belimbing-terbesar-di-pasifik” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]

Tanggal

13 April 2022

Penulis

Noviyanti & Deasy Lontoh

Tanggal

13 April 2022

Penulis

Noviyanti & Deasy Lontoh

Setiap  tahunnya  75%  aktivitas  peneluran penyu belimbing di Pasifik Barat berpusat di pantai Jeen Yessa dan Jeen Syuab di Distrik Abun dan Distrik Tobouw, Kabupaten Tambrauw. Walau lebih besar dari populasi penyu belimbing di Papua Nugini dan Kepulauan Solomon, jumlah sarang di Abun telah menurun 60-80% sejak tahun 1980an. Pengambilan penyu dan telurnya yang berlangsung dalam skala besar pada tahun 1970an hingga 1990an berkontribusi dalam penurunan jumlah penyu dan sarang. Walau kini pengambilan penyu dalam skala besar tidak lagi terjadi di Abun, sukses penetasan yang rendah menjadi kendala dalam regenerasi populasi penyu belimbing.

Elisa mempresentasikan rencana penelitiannya kepada tim monitoring dan pemantauan penyu belimbing
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Penelitian-penelitian yang dilakukan UNIPA mengidentifikasi predator, suhu pasir yang tinggi, erosi, penggenangan oleh air pasang, dan akar Ipomoea sp. sebagai ancaman utama terhadap sarang penyu. Oleh karena itu, upaya konservasi di pantai peneluran berfokus untuk melindungi sarang-sarang dari ancaman-ancaman tersebut dengan metode yang sudah dikaji secara ilmiah.

Suasana diskusi setelah pemaparan rencana penelitian
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Bertolak dari tantangan ini, Elisa S.H. Putra, mahasiswa dari Program Studi Strata 1 Biologi Universitas Papua tertarik melakukan penelitian mengenai keefektifan naungan untuk meningkatkan sukses penetasan telur penyu belimbing (Dermochelys coriacea) yang terancam suhu pasir tinggi. Elisa melakukan penelitian ini dibawah bimbingan Dr. Keliopas Krey, S.Pd., M.Si dan Dr. Elda I.J. Kawulur, S.Si., M.Si. Pada tanggal 23 Maret 2022, Elisa memaparkan rencana penelitiannya pada pertemuan dengan tim monitoring dan pemantauan penyu belimbing LPPM UNIPA.

Elisa akan memasang dua jenis naungan pada sarang in-situ menggunakan daun pakis dan cocomesh (produk olahan dari limbah sabut kelapa) yang banyak ditemukan di sekitar pantai peneluran. Elisa akan melihat seberapa derajat suhu pasir direndahkan dan seberapa tinggi sukses penetasan telur penyu belimbing pada dua jenis naungan tersebut. Hasil ini Elisa bandingkan dengan sarang kontrol, yaitu sarang in-situ yang tidak diberi naungan.

Suasana diskusi setelah pemaparan rencana penelitian
(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Menurut Deasy Lontoh, koordinator penelitian pada tim monitoring dan pemantauan penyu belimbing LPPM UNIPA, cocomesh mungkin menjadi salah satu pilihan yang baik. Hal ini dilihat dari segi ketersediaan di lapangan, biaya murah, tidak mudah rusak karena panas ataupun hujan, lebih mudah terurai di alam. Namun demikian, belum pernah ada kajian ilmiah untuk mengukur efektifitas dalam meningkatkan sukses penetasan telur penyu belimbing. Selama ini tim selalu menggunakan daun pakis sebagai naungan, namun ketersediaannya di pantai peneluran penyu sangat terbatas. Deasy menyambut dengan baik rencana penelitian tersebut.

Deasy menyampaikan bahwa upaya penelitian untuk menciptakan inovasi yang mendukung upaya konservasi Penyu Belimbing yang holistik di wilayah ini sangat diperlukan.

(Foto : S4C_LPPM UNIPA)

Menurut Deasy Lontoh, koordinator penelitian pada tim monitoring dan pemantauan penyu belimbing LPPM UNIPA, cocomesh mungkin menjadi salah satu pilihan yang baik. Hal ini dilihat dari segi ketersediaan di lapangan, biaya murah, tidak mudah rusak karena panas ataupun hujan, lebih mudah terurai di alam. Namun demikian, belum pernah ada kajian ilmiah untuk mengukur efektifitas dalam meningkatkan sukses penetasan telur penyu belimbing. Selama ini tim selalu menggunakan daun pakis sebagai naungan, namun ketersediaannya di pantai peneluran penyu sangat terbatas. Deasy menyambut dengan baik rencana penelitian tersebut. Deasy menyampaikan bahwa upaya penelitian untuk menciptakan inovasi yang mendukung upaya konservasi Penyu Belimbing yang holistik di wilayah ini sangat diperlukan.

Bagikan Tulisan

[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-twitter” size=”fa-lg” type=”circle” link=”https://twitter.com/intent/tweet?url=https://science4conservation.com/mahasiswa-universitas-papua-akan-penelitian-di-pantai-peneluran-penyu-belimbing-terbesar-di-pasifik” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]
[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-facebook” size=”fa-lg” type=”circle” link=”http://www.facebook.com/sharer.php?u=https://science4conservation.com/mahasiswa-universitas-papua-akan-penelitian-di-pantai-peneluran-penyu-belimbing-terbesar-di-pasifik” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]
[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-whatsapp” size=”fa-lg” type=”circle” link=”whatsapp://send?text=https://science4conservation.com/mahasiswa-universitas-papua-akan-penelitian-di-pantai-peneluran-penyu-belimbing-terbesar-di-pasifik” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]

Ikuti Survei

Bantu kami meningkatkan kualitas informasi hasil monitoring sosial dan ekologi di BLKB-Papua.

Berita Terkait

Video Kami

Kategori Lainnya

Kategori
Hubungan Publik Pemerintah Daerah Kabupaten Konservasi Penyu Belimbing Diseminasi

Lokakarya Pengelolaan Taman Pesisir (TP) Jeen Womom dalam Kewenangan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua Barat dan Laporan Kegiatan Monitoring Penyu Belimbing

Selasa, 17 Oktober 2017, bertempat di Aula Kantor Bupati Tambrauw dan melalui Pemerintah Kabupaten Tambrauw yang didukung oleh WWF telah dilaksanakan kegiatan lokakarya. Lokakarya tersebut adalah Lokakarya Pengelolaan Taman Pesisir (TP) Jeen Womom dalam Kewenangan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua  Barat dan Laporan Kegiatan Monitoring Penyu Belimbing. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membahas rencana pengeloaan Taman Pesisir Jeen Womom sebagai pantai peneluran satwa dilindungi yaitu Penyu  Belimbing secara khusus dan jenis penyu lainnya serta penyampaian laporan hasil kegiatan Monitoring Penyu di Distrik Abun.

Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Bupati Kabupaten Tambrauw.  Dalam  sambutannya Bupati menyampaikan bahwa dengan menggunakan  APBD  Kabupaten Tambrauw telah dibuat jalan untuk beberapa tempat yang sulit diakses dan masih terus dikerjakan. Perencanaan Bupati untuk mempermudah akses menuju pantai peneluran maka akan dibangun jalan hingga ke pantai dan kampung-kampung sekitar yang terdekat. Harapannya dengan tersedia jalan dapat membantu masyarakat dalam hal pemasaran hasil kebun dan kerajinan tangan milik masyarakat di kampung setempat, hingga dapat membantu keuangan keluarga. Bupati juga menyampaikan bahwa jalan raya akan dibangun dengan radius 2-6 km dari bibir pantai sehingga tidak mengganggu aktivitas peneluran penyu.

Abun Monitoring Lokakarya (2)

Foto : Tim Abun Pemberdayaan

IMG20171017121206-1

Foto : Tim Abun Pemberdayaan

IMG20171017115816

Foto : Tim Abun Pemberdayaan

Pada Lokakarya tersebut terdapat beberapa materi yang secara berurutan dipresentasikan antara lain: Rencana Pengelolaan Taman Pesisir Jeen Womom setelah UU No. 23 Tahun 2014, yang disampaikan oleh Bastian Wanma dari Dinas Kelauatan dan Perikanan Provinsi Papua Barat; Laporan Monitoring Penyu, oleh Hadi Ferdinandus dari WWF; Konservasi Penyu secara Holistik di Distrik Abun, oleh Fitriyanti Pakiding dan William Iwanggin dari Divisi Pembangunan Berkelanjutan LPPM UNIPA; dan Pengembangan kepariwisataan kawasan pesisir Jeen Womom Distrik Abun melalui Revitalisasi Forum Kolaborasi Konservasi Kabupaten Tambrauw Papua Barat, yang disampaikan oleh Asisten II Kabupaten Tambrauw.

Pada lokakarya tersebut juga dihasilkan beberapa keputusan diantaranya: 1) Dengan terbitnya UU No. 23 tahun 2014, maka UPTD Jeen Womom yang telah dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Tambrauw akan dijalankan oleh pemerintah Provinsi Papua Barat; 2) UPTD Jeen Womom bertanggung jawab terhadap semua upaya yang dilakukan oleh semua lembaga yang berkontibusi  terhadap  upaya  pelestarian  penyu dan pengembangan masyarakat  di Taman Pesisir Jeen Womom untuk itu perlu disediakan kantor sementara UPTD untuk pelaksaan operasional UPTD; 3) WWF dan UNIPA bersedia mendukung UPTD Jeen Womom melalui penyediaan data, pengembangan sumberdaya manusia dan upaya pelestarian penyu. Khusus untuk dukungan dari YPLI  menunggu  keputusan  dari  Pimpinan  YPLI; 4) Disarankan untuk UPTD Jeen Womom segera membuat pertemuan antara tiga lembaga yang bekerja di Jeen Womom guna mensikronkan data dan informasi serta menyepakati metodologi yang  digunakan agar data dan informasi yang dipublikasikan dapat dipertanggungjawabkan; 5)Upaya pengelolaan Jeen Womom tidak hanya dititik beratkan pada sektor konservasi penyu belimbing tetapi harus dapat memberikan kontribusi secara ekonomis kepada masyarakat yang hidup disekitar pantai Jeen Womom; 6) Lembaga-lembaga yang bekerja di Pantai Jeen Womom wajib melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, distrik, kabupaten dan UPTD; 7) Perlu ada kajian terkait pelestarian dan pengembangan penyu agar digunakan sebagai materi dipahami bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Taman Pesisir Jeen Womom maupun masyarakat dari luar Pantai Jeen Womom agar tidak memanfaatkan daging dan telur penyu.

Akhirnya kami berharap, untuk pertemuan penting  seperti  ini  dapat  diundang  dan  dihadiri oleh lebih banyak pihak yang memiliki kepedulian dan dedikasi yang tinggi terhadap Konservasi Penyu.