“Survei Sosial di Kawasan Konservasi Kepulauan Kofiau-Boo: Suara Masyarakat dan Harapan Konservasi”

Bagikan Tulisan

[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-whatsapp” size=”fa-lg” type=”circle” link=”whatsapp://send?text=https://science4conservation.com/menjaga-rumah-biru-suara-dari-pesisir-kofiau-boo/” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-twitter” size=”fa-lg” type=”circle” link=”https://twitter.com/intent/tweet?url=https://science4conservation.com/menjaga-rumah-biru-suara-dari-pesisir-kofiau-boo/” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-facebook” size=”fa-lg” type=”circle” link=”http://www.facebook.com/sharer.php?u=https://science4conservation.com/menjaga-rumah-biru-suara-dari-pesisir-kofiau-boo/” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]

Tanggal

23 Juli 2025

Penulis

Arnoldus Ananta, Jeniffer Maleke, Marthinus Rumere

Tanggal

23 Juli 2025

Penulis

Arnoldus Ananta, Jeniffer Maleke, Marthinus Rumere

Pada akhir Mei 2025, tim Program Sains untuk Konservasi dari LPPM Universitas Papua (UNIPA) melakukan survei kesejahteraan masyarakat yang hidup berdampingan dengan Kawasan Konservasi (KK) di Kepulauan Raja Ampat, tepatnya di Kepulauan Kofiau-Boo. Survei ini bertujuan untuk mengkaji dampak penetapan dan pengelolaan kawasan Konservasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar KK. Survei sosial ini adalah bagian dari kerjasama antara Universitas Papua melalui Program Sains untuk Konservasi dari LPPM, BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat, Pemerintah Daerah (Distrik dan Kampung), serta masyarakat lokal.

Sejak 31 Mei hingga 2 Juli 2025, tim yang terdiri dari Dr. Elfira Suawa, Arnoldus Ananta, Jeniffer Maleke, Marthinus Rumere, Maria Bame, Jelly Palle, dan Agustinus Aiwor, belajar dengan masyarakat di 8 kampung yang berada di wilayah Kepulauan Kofiau-Boo. Perjalanan dimulai dari Distrik Kofiau, yakni Kampung Deer, Kampung Mikiran, Kampung Tolobi, dan Kampung Dibalal. Setelah itu, tim melanjutkan perjalanan menuju Distrik Kepulauan Sembilan di Kampung Wejim Timur, Kampung Wejim Barat, Kampung Satukurano (Meoskapal), dan Kampung Pulau Tikus. Setiap kampung yang dikunjungi oleh tim memiliki cerita, tantangan, dan karakteristik yang berbeda.

Dari survei ini, tim berhasil belajar dari 286 kepala keluarga yang menjadi responden. Mereka berbagi kisah tentang kehidupan sehari-hari, perubahan yang mereka rasakan sejak adanya kawasan konservasi, serta bagaimana kondisi laut dan hasil tangkapan mereka berubah dari waktu ke waktu.

Kampung pertama yang dikunjungi, Kampung Deer
(Foto : Jelly Palle/S4C_LPPM UNIPA)

Melapor ke salah satu aparat kampung di Kampung Mikiran
(Foto : Jeniffer Maleke/S4C_LPPM UNIPA)

Selain wawancara rumah tangga, tim juga melakukan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) dan wawancara dengan tokoh-tokoh kunci kampung untuk mendata bagaimana masyarakat mengelola laut mereka. Mereka juga belajar secara khusus tentang peran perempuan di wilayah Kepulauan Kofiau-Boo.

Rute yang terbatas dan cuaca yang tak selalu bersahabat tidak menyurutkan semangat tim untuk tetap menjangkau setiap kampung sesuai jadwal. Kampung Deer berfungsi sebagai titik masuk utama di Distrik Kofiau. Sedangkan Kampung Wejim Timur dijadikan sebagai homebase (tempat tinggal tetap/titik pusat aktivitas tim survei) selama survei berlangsung di Kepulauan Sembilan, karena kapal logistik dan transportasi umum hanya berlabuh di sana.

Menariknya, di setiap lokasi yang dikunjungi, masyarakat selalu menyambut tim dengan hangat. Sambutan ini tidak hanya menunjukkan keterbukaan mereka, tetapi juga menjadi cerminan dari harapan bahwa mereka ingin terlibat dan didengarkan dalam proses pengelolaan kawasan konservasi.

Tim melakukan FGD di Kampung Wejim Timur dan Kampung Wejim Barat
(Foto : Jeniffer Maleke/S4C_LPPM UNIPA)

Ikan asin atau ikan garam, salah satu bentuk olahan ikan oleh masyarakat di Kampung Tolobi
(Foto : Jeniffer Maleke/S4C_LPPM UNIPA)

Bagi tim survei, ini lebih dari sekadar pengumpulan data. Ini adalah proses membangun kepercayaan, memahami dinamika sosial lokal, dan merancang masa depan konservasi yang inklusif, di mana masyarakat bukan hanya sekadar “penonton”, melainkan mitra utama.

Konservasi, dalam konteks ini, tidak hanya soal melindungi laut dari kerusakan. Konservasi adalah tentang menjaga hubungan antara manusia dan alam, menciptakan ruang hidup yang berkelanjutan, serta memastikan bahwa anak cucu masyarakat pesisir tetap memiliki laut yang sehat dan produktif.

Salah satu tim surveyor melakukan wawancara gender
(Foto : Arnoldus Ananta/S4C_LPPM UNIPA)

“Menjaga, melindungi, dan melestarikan adalah istilah sederhana dari konservasi. Tapi di lapangan, kami menyaksikan sendiri bahwa ketiganya hanya mungkin terjadi jika masyarakat turut terlibat di dalamnya.”

Survei sosial ini bukanlah akhir. Ia adalah pijakan awal untuk melihat kawasan konservasi tidak hanya dari kacamata ekologi, tetapi juga dari sisi sosial atau kemanusiaan, karena laut yang lestari juga dapat dicapai jika manusia hidup sejahtera berdampingan dengan alam.

Masyarakat lokal di Kampung Tolobi menangkap ikan menggunakan alat tangkap sederhana
(Foto : Jeniffer Maleke/S4C_LPPM UNIPA)

Ikan laut menjadi sumber protein penting bagi masyarakat di Kepulauan Kofiau-Boo
(Foto : Jeniffer Maleke/S4C_LPPM UNIPA)

Bagikan Tulisan

[icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-whatsapp” size=”fa-lg” type=”circle” link=”whatsapp://send?text=https://science4conservation.com/menjaga-rumah-biru-suara-dari-pesisir-kofiau-boo/” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-twitter” size=”fa-lg” type=”circle” link=”https://twitter.com/intent/tweet?url=https://science4conservation.com/menjaga-rumah-biru-suara-dari-pesisir-kofiau-boo/” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”][icons icon_pack=”font_awesome_5″ font_awesome_5=”fab fa-facebook” size=”fa-lg” type=”circle” link=”http://www.facebook.com/sharer.php?u=Menjaga Rumah Biru: Suara dari Pesisir Kofiau-Boo” target=”_self” icon_color=”#1e73be” icon_hover_color=”#ffffff” background_color=”#e0e0e0″ hover_background_color=”#1e73be”]

Ikuti Survei

Bantu kami meningkatkan kualitas informasi hasil monitoring sosial dan ekologi di BLKB-Papua.

Berita Terkait

Video Kami

Kategori Lainnya