Diseminasi Hasil Survei Sosial Masyarakat dan Ekologi di Wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih kepada Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) Papua, dalam pengelolaannya tidak hanya ditujukkan bagi pelestarian sumber daya perairan tetapi juga untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup bergantung pada sumber daya perairan di sekitarnya. Oleh karena itu, Universitas Papua (UNIPA) bekerjasama dengan WWF US dan Indonesia, Conservation International (Cl) dan The Nature Conservancy (TNC) melakukan survei sosial dan ekologi di Teluk Mayalibit, Kofiau, Ayau, Kawe, Misool, Dampier dan Kaimana. Hasil survei tersebut didiseminasikan ke berbagai pihak, dimana salah satunya kepada Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih pada Kam is, 6 April 2017. Diseminasi hasil survei dimulai dengan pemaparan hasil survei oleh team UNIPA dan dilanjutkan dengan diskusi. Kegiatan ini diikuti oleh 14 orang dan berlangsung sekitar dua jam.

IMG20170406103414

Foto : Tim BHS Monitoring Sosial Unipa

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dengan luas sebesar 1.4 juta hektar menjadi tempat bagi lebih dari 500 spesies karang dan 950 spesies ikan karang, yang diantaranya merupakan spesies endemik. Kondisi bentik di TNTC relatif baik dengan tutupan karang keras yang cukup tinggi. Rata-rata tutupan karang keras di TNTC lebih tinggi dari pada tutupan karang keras di BLKB, meskipun pecahan karang di TNTC tetap tinggi. Karang merupakan tempat yang ideal bagi beberapa jenis ikan diantaranya ikan kerapu, kakap dan kompele yang termasuk dalam kelompok ikan karnivor (ikan yang memakan ikan), sedangkan jenis ikan yang termasuk dalam kelompok herbivor (ikan pemakan alga) adalah ikan botana, kakatua dan baronang.

Biomass ikan di TNTC cukup bervariasi, yaitu biomass ikan botana dan kakatua meningkat pada tahun 2016 juga ikan kakap yang cenderung ada kenaikan meskipun tetap stabil, sedangkan biomass ikan kerapu dan kompele menu run sejak tahun 2011. Dari hasil diskusi, dapat dikatakan bahwa penurunan biomass ikan kerapu disebabkan oleh tingginya kegiatan penangkapan ikan sehingga mengakibatkan ukuran ikan juga menurun atau ukuran ikan menjadi lebih kecil. Ukuran ikan yang lebih kecil, mengakibatkan tidak terjadinya pemijahan ikan sehingga biomass ikan tidak bertambah.

Kegiatan monitoring di wilayah TNTC tidak hanya terfokus pada aspek ekologi tetapi juga mencakup aspek sosial masyarakat atau kesejahteraan sosial. lndikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan sosial adalah ekonomi, kesehatan, pemberdayaan politik, pendidikan dan budaya. Secara umum bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan mengalami peningkatan sedangkan pemberdayaan politik dan budaya mengalami penurunan. Penurunan nilai budaya menunjukkan berkurangnya keterikatan emosi masyarakat terhadap lingkungan perairan laut sehingga berdampak juga bagi ekologi.

(Oleh: Joice Pangulimang)

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.